Geomorfologi dan Analisis Lanskap : Pemanfaatan Informasi Geomorfologi

 Pemanfaatan Informasi Geomorfologi Bentuk Lahan Organik untuk Penanaman Tanaman Bakau


PENDAHULUAN

Geomorfologi sebagai suatu ilmu pengetahuan ke bumi telah berkembang sejak lama, namun demikian perkembangan dan aplikasinya relatif lambat, terutama di Indonesia. Ada kecenderungan pada masa akan datang, perkembangan konsep dan aplikasi Geomorfologi akan lebih cepat. Pemanfaatan teknik penginderaan jauh dapat memberikan gambaran suatu daerah secara 3–dimensi, sehingga akan memberikan gambaran yang mendekati kondisi lapangan sebenarnya. Kegiatan penelitian menggunakan teknik penginderaan jauh akan memberikan informasi yang cukup banyak. Ciri–ciri kuantitatif penelitian menjadi sangat penting, seperti derajat ketepatan informasi dan ketepatan menetapkan titik lokasi. 

BENTUK LAHAN

Bentuk lahan adalah bentu permukaan bumi yang merupakan hasil dari perubahan bentuk bumi dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh proses-proses geomorfologi yang terjadi. Proses geomorfologi yang terjadi meninggalkan bekas berbagai macam bentuk lahan yang memiliki karakteristik tertentu. Bentuk lahan merupakan kenampakan tunggal, seperti sebuah bukit atau lembah sungai. 

BENTUK LAHAN ORGANIK

Bentuk lahan asal organik (O), merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna). Salah satu contoh bentuk lahan ini adalah mangrove.

KESESUAIAN BENTUK LAHAN ORGANIK DENGAN TANAMAN BAKAU (MANGROVE)

Hutan mangrove merupakan salah satu tipe hutan yang berada di Indonesia. Keberadaan hutan mangrove menjadi ciri khas bagi kekayaan hutan yang ada di Indonesia. Bengen (2001) menyebutkan bahwa hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Hutan mangrove memiliki karakteristik yang unik dibandingkan dengan tipe hutan lainnya, karena pada hutan mangrove keadaan ekologinya di pengaruhi oleh pasang surut, waktu penggenangan, salinitas dan tanah yang berlumpur. Selain itu menurut Alikodra (2003), keunikan dan kekhasan hutan mangrove disebabkan oleh posisinya sebagai ekosistem peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut. Kondisi ini menyebabkan ekosistem mangrove sangat rawan terhadap pengaruh luar. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. 

Mangrove tumbuh pada pantai yang terlindung atau pantai yang datar, biasanya di sepanjang sisi pulau yang terlindung dari angin atau di belakang terumbu karang di lepas pantai yang terlindung (Nybakken, 1992). Mangrove juga merupakan kelompok tumbuhan yang dapat tumbuh dengan baik pada kawasan pasang surut di daerah tropis dan subtropis (Farhaby dan Utama, 2019) dan mampu beradaptasi dengan lingkungan yang ekstrim baik suhu yang tinggi, sedimentasi tinggi, salinitas tinggi, pasang surut ekstrim, serta substrat yang kaya oksigen dan tanpa oksigen (Dharmawan dan Pramudji, 2014).

KESIMPULAN

Informasi geomorfologi membawa banyak manfaat di berbagai bidang, salah satunya di bidang pertanian. Dengan adanya informasi tentang geomorfologi, dapat diketahui berbagai bentuk lahan yang ada di permukaan bumi dengan masing-masing karakteristiknya. Bentuk lahan banyak sekali macamnya, diantaranya yaitu bentuk lahan organik. Bentuk lahan asal organik merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna). Salah satu contoh bentuk lahan ini adalah mangrove. Hutan mangrove memiliki karakteristik yang unik dibandingkan dengan tipe hutan lainnya, karena pada hutan mangrove keadaan ekologinya di pengaruhi oleh pasang surut, waktu penggenangan, salinitas dan tanah yang berlumpur.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 2003. Ekosistem Mangrove sebagai Pelindung Alami Wilayah Pesisir. Makalah disampaikan pada Workshop Penyelamatan Ekosistem Pesisir di kawasan Penambangan Pasir, Departemen Kelautan dan Perikanan. Batam. 12 November 2003.

Bengen DG. 2001. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor (ID): PKPSL–IPB

Dharmawan, I.W.E. & Pramudji. 2014. Panduan Monitoring Status Ekosistem Mangrove. COREMAPCTI. Pusat Penelitian Oseanografi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 

Farhaby, A. M., & Utama, A. U. 2019. Analisis Produksi Serasah Mangrove Di Pantai Mang Kalok Kabupaten Bangka. Jurnal Enggano, 4(1), 1-11.

Kusmana, C & Chaniago, Z.A. 2017. Kesesuaian Lahan Jenis Pohon Mangrove di Bulaksetra, Pangandaran, Jawa Barat. Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 08 No. 1, April 2017, Hal 48-54 ISSN: 2086-8227


Nama        : Hammada Hidayaturrachman
NPM         : 19025010205
Kelas        : A025
Mata Kuliah : Genesa dan Analisis Lanskap

Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur
Fakultas Pertanian
Program Studi Agroteknologi

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Proses Embriogenesis Somatik Langsung dan Tidak Langsung dan Masalahnya

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM - GEOMORFOLOGI DAN ANALISIS LANSKAP

ANALISIS LQ (LOCATION QUOTIENT) MATERI 4 PRAKTIKUM DPPW